Selasa, 18 Desember 2012

Penerapan Teori Model Keperawatan



KASUS :
Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak ada keluarga yang mau mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Keputusan membawa tuan B ke RSJ karena keluarga tidak tahu cara merawat tuan B yang sering berbicara sendiri jika sudah malam hari. Tuan B mengatakan bahwa yang sering datang pada malam hari tersebut adalah pamannya, dan hanya pamannya yang mau mendengarkan keluhannya. Tuan B pendidikannya tamat SMA, pernah bekerja di perusahaan tetapi keluar karena tidak cocok dengan teman sekerja. Tuan B mengatakan orang-orang tidak menghargai dirinya, merasa tidak ada gunanya merawat diri atau tidak akan pergi kemana-mana dan tidak akan bertemu dengan orang lain.

                Teori yang tepat digunakan untuk menyelesaikan kasus diatas yaitu,
1.       Teori Dorothea Orem
Tuan B 24 th merasa bahwa dia tidak diperhatikan oleh keluarganya. Tidak ada yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Itu berarti keluarga dari Tuan B tidak dapat memenuhi segala kebutuhan Tuan B seperti kebutuhan istirahat, nutrisi dan sosialisasi. Maka dari itu pada teori orem dijelaskan bahwa keluarga merupakan suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan sehingga apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya, serta keluarga tetap dan selalu berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Keluraga Tuan B seharusnya tidak perlu membawa Tuan B ke RSJ jika kelurganya menerapkan Teori ini  karena dengan pendekatan kepada Tuan B secara interpersonal pun Tuan B akan bisa lebih membuka diri untuk bersosialisasi dengan anggota kelurga lainnya. Sehingga akan memperkecil kemungkinan Tuan B masuk ke RSJ, karena Tuan B akan merasa lebih diacuhkan dan merasa terisolasi dari lingkungan yang normal jika dia dimasukkan ke dalam RSJ. Dan juga dijelaskan bahwa Tuan B 24 th, di rumah tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Itu berarti bahwa Tuan B tidak memiki kemampuan self care, dalam teori orem ada 3 konsep yang berhubungan yaitu self care, self care deficit dan sistem-sistem keperawatan. Tuan B tidak mampu menjalankan konsep yang pertama yaitu self care. Seharusnya Tuan B dapat menjalankan konsep teori orem yang pertama yaitu self care dengan cara memenuhi kebutuhan udara, air, makanan, kebersihan, aktifitas dan istirahat, menyendiri dan interaksi social, pencegahan dari bahaya, dan pengenalan fungsi mahluk hidup. Dengan cara tersebut Tuan B tidak akan lagi mengabaikan kesehatan untuk merawat dirinya sendiri. Self care deficit, Tuan B sangat membutuhkan orang lain untuk membantunya merawat diri. Paman Tuan B mengambil peran yang besar, karena hanya paman Tuan B yang mengerti bagaimana kondisi dan perkembangan Tuan B saat itu. Dan dengan adanya Paman Tuan B, Tuan B akan sedikit bisa terbantu untuk menumbuhkan rasa kemandirian untuk merawat diri. Sedangkan konsep yang ketiga, yaitu sistem-sistem keperawatan, diberikan apabila Tuan B benar-benar sudah tidak bisa merawat dirinya sendiri dan juga pihak keluarganya sudah benar-benar positif ingin memasukkan Tuan B ke dalam RSJ. Dengan begitu perawat memegang penuh untuk menumbuhkan kembali rasa kemandirian Tuan B dalam merawat diri. Tidak itu saja, namun perawat juga mempunyai tugas memberikan edukasi kepada keluarga Tuan B untuk bisa menumbuhkan rasa kemandirianya merawat diri. Karena yang selama ini terjadi adalah Keluarga Tuan B kurang memberikan perhatian kepada Tuan B. Teori Model Keperawatan Orem ini sangat cocok untuk menangani kasus Tuan B.
2.       Teori  Callista Roy
Teori Roy dikenal dengan Teori Adaptasi Roy. Teori ini lebih menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya. Teori model keperawatan ini sangat cocok untuk Tuan B, karena Model keperawatan Roy ini terdapat 3 tingkatan adaptasi manusia yang belum bisa dilakukan oleh Tuan B.
Yang pertama adalah Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang. Selama ini Tuan B selalu memilih menyendiri dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Ini dikarenakan Tuan B tidak ingin beradaptasi dengan orang lain. Maka dari itu Tuan B membutuhkan seseorang yang dapat memperkuat rasa adaptif Tuan B terhadap lingkungan sekitarnya. Yang kedua yaitu Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti isolasi social. Tuan B selama ini merasa terisolasi dari lingkungannya, mulai dari keluarga yang mengacuhkannya dan teman kerja yang tidak cocok. Keadaan seperti ini akan mengkibatkan munculnya rasa dari dalam diri Tuan B bahwa orang-orang disekitarnya dan lingkunganya tidak bisa adaptasi dengannya, sehingga Tuan B merasa bahwa dirinya tidak perlu beradaptasi dengan orang lain. Seharusnya orang-orang disekitar Tuan B, seperti Keluarga dan teman kerja memberikan stimulus kepada Tuan B agar dia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dan terjalinnya suatu interaksi sosial. Yang ketiga adalah Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Pada kasus Tuan B, selama ini menunjukkan bahwa dia tidak cocok dengan orang-orang disekitarnya karena merasa tidak diperhatikan, dan memilih untuk menyendiri. Seharusnya Tuan B diberi kesempatan untuk mendapatkan perhatian lebih dari  Kelurganya, karena Kelurga memiliki andil yang lebih besar dalam menciptakan rasa adaptif Tuan B. Sehingga akan tumbuh dari dalam diri Tuan B untuk lebih bertoleransi dengan orang-orang disekitarnya.
Disamping itu, sistem adaptasi CALLISTA ROY memiliki empat mode adaptasi yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependent. Yang pertama Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin. Dalam kasus Tuan B, di rumah dia tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Ini menunjukkan bahwa Tuan B belum bisa beradaptasi fisiologis dengan cara memenuhi kebutuhan individunya seperti makan dan minum serta beraktifitas. Sehingga terganggungnya sisitem kesehatan dalam tubuhnya. Sangat perlu untuk Tuan B memenuhi kebutuhan secara fisioligis untuk mempertahankan kesehatan dalam tubuhnya. Yang kedua adalah konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kasusunya, setiap hari Tuan B hanya berdiam diri di dalam kamar, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya Tuan B tidak menutup diri dalam lingkungan  karena dengan membuka diri dalam lingkungannya. Tuan B akan mengenal pola-pola interaksi sosial dengan orang disekitarnya sihingga tidak muncul  anggapan bahwa dirinya diacuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Yang ketiga adalah fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Tuan B keluar dari pekerjaannya karena merasa tidak cocok dengan teman kerjanya. Ini dikarenakan Tuan B tidak dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya, seharusnya yang dilakukan Tuan B adalah belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya, sehingga dia selalu nyaman dengan apa yang dia temui. Dan terjalinlah hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya. Dan yang keempat adalah interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Tuan B selalu tertutup dengan segala aktifitasnya, selalu menyendiri dan merasa tidak ada yang memperdulikannya, seharusnya Tuan B  dapat membuka diri dengan keluarganya, mencurahkan keluh kesahnya selama ini dan mencari solusi masalahnya. Dengan terjalinnya hubungan antara Tuan B dan kelurganya rasa kasih sayang antar anggota keluarga akan muncul sehingga Tuan B merasa diperdulikan dan diperhatikan oleh lingkungannya dan tidak akan menutup diri untuk berinteraksi secara sosial.

Setelah membaca kasus yang ada, Teori Dorothea Orem dan Teori  Callista Roy sangat cocok untuk Model Keperawatan yang dilakukan untuk  kasus Tuan B. Karena antara self care dan  adaptasi adalah dua komponen yang saling berhubungan dan penting dalam menyelesaikan suatu kasus kesehatan. Dan konsep keperawatan ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman kesehatan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar