KASUS :
Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak
ada keluarga yang mau mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah
tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri.
Keputusan membawa tuan B ke RSJ karena keluarga tidak tahu cara merawat tuan B
yang sering berbicara sendiri jika sudah malam hari. Tuan B mengatakan bahwa
yang sering datang pada malam hari tersebut adalah pamannya, dan hanya pamannya
yang mau mendengarkan keluhannya. Tuan B pendidikannya tamat SMA, pernah
bekerja di perusahaan tetapi keluar karena tidak cocok dengan teman sekerja.
Tuan B mengatakan orang-orang tidak menghargai dirinya, merasa tidak ada
gunanya merawat diri atau tidak akan pergi kemana-mana dan tidak akan bertemu
dengan orang lain.
Teori yang tepat
digunakan untuk menyelesaikan kasus diatas yaitu,
1. Teori Dorothea Orem
Tuan B 24 th merasa bahwa dia tidak
diperhatikan oleh keluarganya. Tidak ada yang mau mendengarkan keluh kesahnya.
Itu berarti keluarga dari Tuan B tidak dapat memenuhi segala kebutuhan Tuan B
seperti kebutuhan istirahat, nutrisi dan sosialisasi. Maka dari itu pada teori
orem dijelaskan bahwa keluarga merupakan suatu kelompok
yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan dalam kelompoknya. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan sehingga
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya, serta keluarga tetap dan selalu
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Keluraga
Tuan B seharusnya tidak perlu membawa Tuan B ke RSJ jika kelurganya menerapkan
Teori ini karena dengan pendekatan
kepada Tuan B secara interpersonal pun Tuan B akan bisa lebih membuka diri
untuk bersosialisasi dengan anggota kelurga lainnya. Sehingga akan memperkecil
kemungkinan Tuan B masuk ke RSJ, karena Tuan B akan merasa lebih diacuhkan dan
merasa terisolasi dari lingkungan yang normal jika dia dimasukkan ke dalam RSJ.
Dan juga dijelaskan bahwa Tuan B 24 th, di rumah tidak mau keluar kamar dan merawat diri
baik makan maupun kebersihan diri. Itu berarti bahwa Tuan B tidak memiki kemampuan self
care, dalam teori orem ada 3 konsep yang berhubungan yaitu self care, self care deficit dan sistem-sistem keperawatan. Tuan B
tidak mampu menjalankan konsep yang pertama yaitu self care. Seharusnya Tuan B dapat menjalankan konsep teori orem
yang pertama yaitu self care dengan cara memenuhi kebutuhan udara, air, makanan, kebersihan,
aktifitas dan istirahat, menyendiri dan interaksi social, pencegahan dari
bahaya, dan pengenalan fungsi mahluk hidup. Dengan cara tersebut Tuan B tidak akan lagi
mengabaikan kesehatan untuk merawat dirinya sendiri. Self care deficit, Tuan B sangat membutuhkan orang lain untuk
membantunya merawat diri. Paman Tuan B mengambil peran yang besar, karena hanya
paman Tuan B yang mengerti bagaimana kondisi dan perkembangan Tuan B saat itu.
Dan dengan adanya Paman Tuan B, Tuan B akan sedikit bisa terbantu untuk
menumbuhkan rasa kemandirian untuk merawat diri. Sedangkan konsep yang ketiga,
yaitu sistem-sistem keperawatan, diberikan
apabila Tuan B benar-benar sudah tidak bisa merawat dirinya sendiri dan juga
pihak keluarganya sudah benar-benar positif ingin memasukkan Tuan B ke dalam
RSJ. Dengan begitu perawat memegang penuh untuk menumbuhkan kembali rasa
kemandirian Tuan B dalam merawat diri. Tidak itu saja, namun perawat juga
mempunyai tugas memberikan edukasi kepada keluarga Tuan B untuk bisa
menumbuhkan rasa kemandirianya merawat diri. Karena yang selama ini terjadi
adalah Keluarga Tuan B kurang memberikan perhatian kepada Tuan B. Teori Model
Keperawatan Orem ini sangat cocok untuk menangani kasus Tuan B.
2.
Teori Callista Roy
Teori Roy dikenal dengan Teori Adaptasi Roy. Teori ini lebih menekankan
pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu
merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya. Teori model
keperawatan ini sangat cocok untuk Tuan B, karena Model keperawatan Roy ini
terdapat 3 tingkatan adaptasi manusia yang belum bisa dilakukan oleh Tuan B.
Yang pertama adalah Stimulus fokal yaitu
stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang. Selama ini Tuan B selalu memilih menyendiri dan
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Ini dikarenakan Tuan B tidak ingin
beradaptasi dengan orang lain. Maka dari itu Tuan B membutuhkan seseorang yang
dapat memperkuat rasa adaptif Tuan B terhadap lingkungan sekitarnya. Yang kedua
yaitu Stimulus
kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti isolasi social. Tuan B selama
ini merasa terisolasi dari lingkungannya, mulai dari keluarga yang
mengacuhkannya dan teman kerja yang tidak cocok. Keadaan seperti ini akan
mengkibatkan munculnya rasa dari dalam diri Tuan B bahwa orang-orang
disekitarnya dan lingkunganya tidak bisa adaptasi dengannya, sehingga Tuan B
merasa bahwa dirinya tidak perlu beradaptasi dengan orang lain. Seharusnya
orang-orang disekitar Tuan B, seperti Keluarga dan teman kerja memberikan
stimulus kepada Tuan B agar dia dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dan
terjalinnya suatu interaksi sosial. Yang ketiga adalah Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang
ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Pada kasus Tuan B, selama
ini menunjukkan bahwa dia tidak cocok dengan orang-orang disekitarnya karena
merasa tidak diperhatikan, dan memilih untuk menyendiri. Seharusnya Tuan B
diberi kesempatan untuk mendapatkan perhatian lebih dari Kelurganya, karena Kelurga memiliki andil
yang lebih besar dalam menciptakan rasa adaptif Tuan B. Sehingga akan tumbuh
dari dalam diri Tuan B untuk lebih bertoleransi dengan orang-orang
disekitarnya.
Disamping itu, sistem
adaptasi CALLISTA ROY memiliki empat mode
adaptasi yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependent. Yang pertama Fungsi
fisiologis, komponen system adaptasi ini yang
adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis
dan fungsi endokrin. Dalam kasus Tuan
B, di rumah dia tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Ini menunjukkan
bahwa Tuan B belum bisa beradaptasi fisiologis dengan cara memenuhi kebutuhan
individunya seperti makan dan minum serta beraktifitas. Sehingga terganggungnya
sisitem kesehatan dalam tubuhnya. Sangat perlu untuk Tuan B memenuhi kebutuhan
secara fisioligis untuk mempertahankan kesehatan dalam tubuhnya. Yang kedua
adalah konsep
diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kasusunya, setiap hari Tuan B hanya berdiam
diri di dalam kamar, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya
Tuan B tidak menutup diri dalam lingkungan
karena dengan membuka diri dalam lingkungannya. Tuan B akan mengenal
pola-pola interaksi sosial dengan orang disekitarnya sihingga tidak muncul anggapan bahwa dirinya diacuhkan oleh
orang-orang disekitarnya. Yang ketiga adalah fungsi peran merupakan
proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Tuan B keluar dari pekerjaannya karena merasa
tidak cocok dengan teman kerjanya. Ini dikarenakan Tuan B tidak dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya, seharusnya yang dilakukan Tuan B
adalah belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya, sehingga dia selalu
nyaman dengan apa yang dia temui. Dan terjalinlah hubungan sosial dengan
rekan-rekan kerjanya. Dan yang keempat adalah interdependent merupakan
kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang
dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok. Tuan B selalu tertutup
dengan segala aktifitasnya, selalu menyendiri dan merasa tidak ada yang
memperdulikannya, seharusnya Tuan B
dapat membuka diri dengan keluarganya, mencurahkan keluh kesahnya selama
ini dan mencari solusi masalahnya. Dengan terjalinnya hubungan antara Tuan B
dan kelurganya rasa kasih sayang antar anggota keluarga akan muncul sehingga
Tuan B merasa diperdulikan dan diperhatikan oleh lingkungannya dan tidak akan
menutup diri untuk berinteraksi secara sosial.
Setelah membaca kasus yang
ada, Teori Dorothea Orem dan Teori
Callista Roy sangat cocok untuk Model Keperawatan yang dilakukan
untuk kasus Tuan B. Karena antara self
care dan adaptasi adalah dua komponen
yang saling berhubungan dan penting dalam menyelesaikan suatu kasus kesehatan.
Dan konsep keperawatan ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan,
memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman kesehatan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar